Indeks Saham Tokyo Dibuka Lebih Rendah

Jepang Uji Coba Proyek Pengumpulan Sampah Antariksa






















Kontak Perkasa - Selama beberapa pekan terakhir Badan Antariksa Jepang sedang melakukan perjalanan selama empat hari ke Stasiun Antariksa Internasional dengan misi mengumpulkan puing-puing ruang angkasa yang bisa membahayakan orbit.

Kendaraan antariksa yang dinamai Kounotori Integrated Tether Experiment (KITE) akan diuji selama sepekan untuk mengumpulkan sampah antariksa sebelum terbakar dengan sendirinya di atmosfer Bumi.

Mengutip Smithsonian, KITE akan bergerak melalui medan magnet Bumi untuk menghasilkan arus listrik yang bisa membantu mengarahkan sampah antariksa menuju atmosfer yang lebih rendah. Pada ketinggian tersebut nantinya sampah-sampah antariksa akan hancur.

Kendaraan dengan bobot 20 kilogram ini ditujukan untuk menangani sampah antariksa yang belakangan kondisinya kian mengkhawatirkan.

Isu sampah antariksa sebenarnya sudah menjadi perhatian banyak pihak. Sebelumnya, NASA dan Departemen Pertahanan AS berhasil melacak 500 ribu serpihan sampah antariksa dengan 20 ribu memiliki ukuran sebesar bola softball yang berada di orbit.

Selama beberapa dekade terakhir Bumi diketahui telah terkontaminasi puing-puing pesawat antariksa. Permasalahan kian parah saat tahun 2009 lalu satelit Rusia yang sudah tidak berfnugsi diketahui bertabrakan dengan satelit milik Amerika.

Akibat insiden tersebut ditemukan adanya 2.000 potongan puing antariksa baru.

Hingga tahun 2011 Dewan Riset AS mengumumkan kondisi sampah antariksa yang kian kritis. NASA dan lembaga antariksa lainnya diharapan bergerak cepat mengatasi permasalahan ini.

Tahun lalu, Charles Bolden seorang administrator NASA mengakui jika lembaga antariksa AS itu tidak bergerak lamban dalam menjawab permasalahan sampah antariksa.

"Kami (NASA) hanya satu diantara lembaga antariksa lain yang tidak memiliki anggaran khusus untuk urusan pembersihan sampah puing-puing," kata Charles kepada Fox.

Dalam mitigasi sampah antariksa yang disebut Charles, NASA hanya membuat aturan yang mengatur adanya bahan bakar yang memadai saat sedang melakukan misi. Sementara ketika misi berakhir, NASA bisa saja memasukkan sampah antariksa ke dalam orbit.

Sementara sampah-sampah itu tidak akan hancur dengan sendirinya bahkan hingga periode seratus tahun. Pilihan lain untuk urusan sampah antariksa yakkni dengan melakukan de-orbit ke laut, namun hal itu berbahaya karena bisa mengancam ekosistem laut.

"Hal itu bukan jawaban untuk permasalahan sampah antariksa, kita harus mencari cara untuk mengatasi hal itu," ungkapnya.

Donald Kessler seorang pensiunan NASA mengatakan saat ini kondisi lingkungan luar angkasa semakin berbahaya untuk astronaut dan kelangsungan makhluk hidup. Ia berharap NASA bisa mengatasi permasalahan yang disebabakan oleh metroid dan puing-puing orbital. cnnindonesia.com

KONTAK PERKASA FUTURES