Indeks Saham Tokyo Dibuka Lebih Rendah

Kontak Perkasa | Harga Telur Ayam Naik, Ini Penyebabnya Versi Peternak

Harga Telur Ayam Naik, Ini Penyebabnya Versi Peternak

Kontak Perkasa - Harga telur ayam melonjak. Contohnya di Jakarta dan Rembang harga telur ayam tembus Rp 28.000/kilogram (kg), sementara di Karawang tembus Rp 30.000/kg.

Menurut peternak ayam petelur, Tukinu, ada beberapa faktor yang menyebabkan harga telur saat ini tinggi antara lain, bangkrutnya peternak-peternak kecil dan ternak ayam diserang penyakit sehingga produksi telur menurun dan tidak mampu mencukupi kebutuhan pasar.

"Mengapa harga telur bisa naik, ada beberapa faktor. Satu, ada kemungkinan peternak-peternak kecil tidak bisa bertahan. Karena waktu harga telur itu Rp 17.000 - Rp 18.000/kg, peternak dengan jumlah ternak 1.000 atau 2.000 ekor atau peternak home industri banyak yang tidak tahan," kata Tukinu di Boyolali, Selasa (10/7/2018).

Baca juga : Bitcoin 'Bikin Sakit', Lebih Baik Pilih Emas

Faktor kedua, lanjut Tukinu, akhir-akhir ini banyak ternak ayam petelur yang diserang penyakit sehingga produksi telur tidak maksimal atau mengalami penurunan.

"Produksi telur mengalami penurunan, biasanya maksimum 90 persen, sekarang rata-rata 70 persen. Misalnya, 1.000 ayam produksi telur 58 kg, sekarang paling dapatnya 40 kg," jelasnya.

"Dua faktor itulah yang menyebabkan harga telur mengalami kenaikan. Kalau produksi turun kan otomatis permintaan yang selama ini tercukupi kan tidak tercukupi. Yang mengakibatkan harga mengalami kenaikan," sambung warga Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Boyolali ini.

Harga telur di tingkat peternak di Boyolali, mencapai Rp 24.000/kg. Jumlah peternak ayam petelur di Boyolali, terangnya, saat ini sekitar 45 peternak. Jumlah produksi mencapai sekitar 25 ton. Selain untuk mencukupi kebutuhan Boyolali dan sekitarnya, telur dari peternak di Boyolali juga dikirim ke Jakarta.

Dikemukakan dia, peternak tidak bisa menahan telur itu berlama-lama karena berisiko rusak. Produksi telur harus segera dilempar ke pasar dalam waktu satu sampai dua hari setelah panen. Pasalnya, daya tahan telur hanya sampai sekitar 10 hari.

Virus serang unggas
Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Afiany Rifdania, dikonfirmasi membenarkan bahwa akhir-akhir ini banyak ternak unggas yang terserang penyakit. Penyakit itu berupa virus.

"Sub tipe avian influenza H9N2 yang low patogenic (tidak menular ke manusia). Bukan mutasi virus tetapi strain baru yang ditemukan pada virus AI selain H5N1," jelas Afi, sapaan akrabnya ditemui usai mengikuti rapat paripurna DPRD di gedung DPRD Boyolali, Selasa (10/7/2018).

Dijelaskan, penyakit pada unggas tersebut sudah terdeteksi sejak dua tahun lalu. Jenis flu unggas tersebut tak mematikan ternak dan tak berbahaya bagi manusia, tapi bisa menurunkan produktifitas hingga 60 persen.

"(Virus itu) menyebabkan penurunan produksi telur dan masih banyak beredar di peternak layer kita (di Boyolali)," jelasnya.

Harga telur di Boyolali Naik

Saat ini harga telur di Boyolali juga ikut naik, dan kini mencapai Rp 27.500/kg. Sebelumnya harga telur ayam Rp 19.000 saat Ramadan, dan naik menjadi Rp 22.000 hingga Lebaran.

Baca juga : Menengok prospek bisnis investasi di tahun politik

Selanjutnya harga telur ayam terus naik.

"Setelah lebaran lalu terus naik, sekarang harganya sudah Rp 27.500/kg," kata Marni (68) pedagang di Pasar Pengging, Kecamatan Banyudono, Boyolali kepada wartawan.

Senada Titin (45), pedagang di Pasar Mojosongo, Boyolali, mengatakan harga telur ayam terus naik hingga kini mencapai Rp 27.500/kg.

"Ini harga paling tinggi selama saya berjualan, sebelum-sebelumnya belum pernah setinggi ini harganya," kata Titin.

Jika harga di pasar-pasar tradisional telah mencapai Rp 27.500/kg, di tingkat pengecer atau warung-warung kelontong di desa-desa lebih tinggi lagi. Sunsat, pedagang kelontong di Desa Canden, Kecamatan Sambi, Boyolali mengatakan, harga telur saat ini mencapai Rp 30.000/kg.