Indeks Saham Tokyo Dibuka Lebih Rendah

Rusia Sebut Pelaku Teror St Petersburg dari Asia Tengah


Kontak Perkasa Futures - Pihak keamanan Rusia mengatakan seluruh pelaku teror bom di kereta api bawah tanah di stasiun Sennaya Ploshchad, Saint Petersburg, Rusia, berasal dari Asia Tengah.

Hal itu membuat Rusia memutuskan semakin memperketat pengawasan imigrasi.

Sebanyak delapan orang ditahan di Moskow dan Saint Petersburg, terkait peledakan beruntun yang menewaskan 13 orang.

Dinas Keamanan Federal Rusia Alexander Bortnikov menyebut seluruh tersangka itu berasal dari Asia Tengah, tanpa menyebut negara tertentu.

Bortnikov mengungkapkan hal tersebut dalam pertemuan Komite Antiterorisme Nasional.

“Demi mencegah upaya para pemberontak memasuki Rusia, ada kebutuhan untuk melakukan peningkatan pengawasan di perbatasan negara, terutama terhadap mereka yang diduga ambil bagian dalam serangan teroris," kata Bortnikov, dilansir AFP.

Pekan lalu, Komite Penyelidikan Rusia mengungkap nama kedelapan tersangka namun tidak menyebut asal mereka.

Adapun, salah satu pelaku pemboman adalah Akbarjon Djalilov, 22, yang diduga merupakan warga negara Rusia kelahiran Kirgistan.

Sebelumnya, Bortnikov mengaitkan serangan Saint Petersburg dengan kelompok militan ISIS, yang hingga kini belum mengumumkan klaim mereka atas insiden itu.


Dia menyebut, “kelompok teroris yang aktif di Timur Tengah dan menjadi bagian dari IS, berencana melakukan serangan di berbagai wilayah dunia, termasuk Rusia."

“Contoh dari serangan ini sudah terjadi di Inggris, Rusia, Swedia dan Mesir,” kata Bortnikov.

Di Swedia, pria Uzbekistan menjadi tersangka serangan teror usai mengemudi secara membabi buta di Stockholm, menewaskan empat orang dan melukai 15 lainnya.

ISIS belum mengaku bertanggung jawab, namun media Swedia melaporkan tersangka merupakan simpatisan kelompok militan tersebut.

Di sisi lain, jutaan migran dari negara pecahan Soviet, seperti Uzbekistan, Tajikistan dan Kirgistan, membanjiri Rusia untuk bekerja. Bortnikov menyebut, ‘kelompok teroris’ di Rusia banyak berasal dari negara eks-Soviet dengan kedok pekerja imigran. Sebagian besar mendapatkan pelatihan militer di Suriah dan Irak.

Adapun, Presiden Vladimir Putin berulang kali memperingatkan bahwa Rusia menghadapi ancaman dari pejuang ekstrimis Islam yang baru kembali dari Suriah. CNNIndonesia.com