Indeks Saham Tokyo Dibuka Lebih Rendah

Kontak Perkasa | Bagasi Berbayar Jadi Jurus Maskapai Tekan Kerugian?

Bagasi Berbayar Jadi Jurus Maskapai Tekan Kerugian?

Kontak Perkasa - Maskapai berbiaya murah atau Low Cost Carrier (LCC) nasional mulai menerapkan bagasi berbayar. Saat ini tercatat sudah ada tiga maskapai LCC yang menerapkan kebijakan tersebut.

Penghapusan layanan bagasi gratis ini dimulai oleh Lion dan Wings Air. Kedua maskapai yang tergabung dalam Lion Air Group menerapkan bagasi berbayar mulai 22 Januari 2019 lalu.

Langkah kedua maskapai itu pun diikuti oleh Citilink. Anak perusahaan Garuda Indonesia itu menerapkan bagasi berbayar mulai 8 Februari 2019 mendatang.

Dengan adanya kebijakan baru tersebut, para penumpang harus merogoh kocek lebih dalam jika membawa barang lebih dari 7 kilogram. Sebelum adanya kebijakan tersebut penumpang digratiskan membawa bagasi maksimal 20 kilogram.

"Dalam rangka memberikan kualitas layanan yang prima kepada pelanggan setia Citilink ditengah ketatnya persaingan di industri transportasi udara, maka Citilink sebagai maskapai dengan standar layanan no frills akan memberlakukan ketentuan baru mengenai tarif bagasi tercatat," ujar Direktur Niaga Citilink Indonesia Benny Rustanto di Jakarta, Senin (28/1/2019).

Pengenaan tarif bagasi ini pun beragam. Tiap maskapai memiliki tarif sendiri yang akan dikenakan bagi para penumpangnya.

Untuk Lion Air, mengenakan tarif bagasi tambahan untuk bobot 5 kilogram (kg) sebesar Rp 155.000, 10 kg Rp 310.000, 15 kg Rp 465.000, 20 kg Rp 620.000, 25 kg Rp 755.000, dan 30 kg Rp 930.000.

Sementara itu, Citilink belum mau membeberkan rincian tarif bagasinya. Mereka menyatakan tarif bagasi akan tergantung dari rute dan waktu tempuh penerbangan.

“Mulai Rp 9.000 sampai maksimal Rp 25.000 atau Rp 35.000, tergantung jam penerbangan. Kalau Rp 9.000 itu hitungannya di bawah 1 jam, nanti kami akan rilis secara resmi," kata Benny.

Citilink sendiri berdalih mengenakan tarif bagasi agar tetap bisa bertahan hidup di Industri penerbangan nasional. Sebab, maskapai itu tak bisa hanya mengandalkan pendapatan dari penjualan tiket saja.

Baca juga : Bitcoin 'Bikin Sakit', Lebih Baik Pilih Emas

Mereka harus bisa meningkatkan pendapatan dari lini bisnis lainnya seperti kargo dan advertising untuk mendongkrak pendapatan perusahaanya.

“Kita juga harus bisa sedikit berinovasi, ujung-ujungnya (agar) bisa survive tetap layani penumpang kita. Kita tak mau Citilink berhenti atau stop operation selamanya, sehingga kita lakukan bagasi tercatat dengan biaya," ujar Benny.

Penerapan bagasi berbayar bagi maskapai LCC memang tak melanggar aturan. Ketentuan yang mengatur bagasi berbayar tertuang di dalam peraturan Menteri Perhubungan Nomor 185 tahun 2015.

Dalam pasal 22, disebutkan maskapai LCC diperbolehkan untuk mengenakan biaya atas bagasi. Sementara untuk full service paling banyak 20 kg tidak dikenakan biaya, dan medium service paling banyak 15 kg tidak dikenakan biaya.

Meski diperbolehkan, mengenakan biaya bagasi dinilai bukan kebijakan yang tepat dilakukan saat ini. Sebab, belum lama ini masyarakat mengeluhkan pula soal harga tiket pesawat yang mahal.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai tingginya harga tiket pesawat dan penghapusan layanan bagasi gratis bisa jadi bumerang bagi maskapai penerbangan nasional.

Ketua Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, dengan adanya kebijakan tersebut para maskapai bisa ditinggal pelanggannya. Sebab, dengan harga yang semakin melonjak para penumpang bisa berpindah ke moda transportasi lain.

"Ini bisa jadi bumerang bagi maskapai dan pemerintah. Banyak penerbangan yang dibatalkan karena sepi penumpang. Pemerintah harua mengatur ulang mengenai hal ini," ujar Tulus di Jakarta, Jumat (25/1/2019).

Seharusnya lanjut Tulus, para maskapai melakukannya secara bertahap. Sebab, saat ini masyarakat telah terbiasa dengan tarif maskapai murah.

"Kesalahan maskapai terlalu lama memberi diskon dan subsidi (ke konsumen). Kami minta menunda bagasi berbayar atau menerapkan tarif lebih murah dari sekarang," kata Tulus.

Kebijakan ini pun dikeluhkan oleh masyarakat. Mengutip dari Tribun Jogja, masyarakat banyak yang tak setuju kebijakan tersebut diterapkan.

Haris (60) salah satunya. Penumpang dengan tujuan Makassar tersebut merasa keberatan dengan pemberlakuan bagasi berbayar.

Pasalnya, Haris yang biasa datang ke Yogya untuk berbelanja pakaian dan kemudian menjualnya kembali, harus rela aktivitasnya yang semula gratis kini dipatok tarif.

"Ya kalau bisa dipertimbangkan kembali, kalau berbayar saya merasa keberatan," tuturnya, saat ditemui di di Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, Kamis (24/1/2019) lalu.