Indeks Saham Tokyo Dibuka Lebih Rendah

Pebalap Afridza Munandar Meninggal di Sepang, Ini Efek Benturan di Kepala

Pebalap Afridza Munandar Meninggal di Sepang, Ini Efek Benturan di Kepala

PT Kontak Perkasa - Jenazah pebalap Afridza Munandar telah selesai diautopsi di Bagian Forensik Rumah Sakit Besar Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (3/11). Seperti diberitakan CNN Indonesia yang mengutip dari Antara, pebalap 20 tahun tersebut mengalami benturan keras pada bagian kepala di sisi sebelah kiri.

Afridza meninggal saat tampil di Race 1 ajang Asia Talent Cup 2019 di sirkuit Sepang, Sabtu (2/11/2019). Seperti diberitakan detikcom, ia mengalami kecelakaan di tikungan 10 putaran pertama. Afridza sempat dibawa ke rumah sakit di Kuala Lumpur, namun nyawanya tidak tertolong.

Baca Juga : Bitcoin 'Bikin Sakit', Lebih Baik Pilih Emas

Dikutip dari situs Mayfield Brain & Spine, benturan keras ternyata salah satu risiko terjadinya Traumatic Brain Injury (TBI). Selain kecelakaan motor, benturan keras juga bisa terjadi akibat jatuh, cedera olahraga, atau penyerangan pada pihak tertentu.

Data U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan, TBI adalah penyebab utama terjadinya kematian dan kecacatan di Amerika. Cedera otak juga bisa mempengaruhi kemampuan berpikir, mengingat, sensasi, emosi, dan bergerak.

Meski jadi penyebab utama, TBI tidak selalu berujung kematian. Pada kasus TBI ringan, pasien biasanya perlu istirahat dan obat-obatan untuk pulih. Namun pada TBI parah, korban perlu operasi dan perawatan intensif untuk menyelamatkan hidupnya.

Baca Juga : Menengok prospek bisnis investasi di tahun politik

Berikut penjelasan lebih detail terkait tingkat keparahan TBI.

1. Ringan (mild)

Kondisi ini ditandai korban yang masih sadar dengan mata terbuka. Korban biasanya mengalami kebingungan, disorientasi, kehilangan memori, pusing, dan kesadaran yang hilang timbul.

2. Sedang (moderate)

Di tingkat ini, korban biasanya terlihat sangat lemas dan mata terbuka jika ada rangsangan. Kehilangan kesadaran berlangsung 20 menit hingga 6 jam. Otak mengalami pembengkakan dan perdarahan yang mengakibatkan ngantuk, tapi masih sanggup membuka mata.

3. Berat (severe)

Dalam tahap ini, korban tidak sadar dengan mata yang tertutup meski mendapat rangsangan. Kehilangan kesadaran berlangsung hingga lebih dari 6 jam.